Selasa, 02 November 2010

KETERAMPILAN DASAR
YANG HARUS DIMILIKI OLEH GURU
oleh: domi putra hamparan

1. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagi aspek yang saling berkaitan. Dalam embelajaran itu juga pendidik berhadapan dengan peserta didik yang memiliki latar belakang, sikap, dan potensi yang berbeda-beda. Dan kesemuna itu memiliki pengaruhterhadap kebiasaan dalam mengikuti pembelajaran. Untuk kepentingan memperbaiki pola penyerapan peserta didi, seorang pendidik harus memiliki keterampilan-keterampilan dasar.

2. PEMBAHASAN
Keterampilan dasar mengajar ini merupakan keterampilan yang mutlak harus dipunyai oleh guru atau tenaga pendidik. Keterampilan dasar itu ialah:
A. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan merupakan suatu respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut di saat yang lain dengan kualitas yang lebih.
Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan membina perilaku yang produktif.
Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan bahwa tujuan dari penguatan adalah untuk:
a. Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan diberikan secara selektif.
b. Memberi motivasi kepada siswa.
c. Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah lakusisswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
d. Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
e. Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen dalam pengambilan inisiatif yang bebas.
Dalam pemberian penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut ialah:
a. Penguatan verbal
Penguatan verbal ialah penguatan yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat.
b. Penguatan nonverbal
Penguatan nonverbal ialah pengatan yang dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language).
Bila kita kaji lebih jauh penguatan nonverbal ini dapat dibagi menjadi bebrapa cara:
• Penuatan gestural
Pengutan gestural merupakan segala jenis gerakan tubuh yang dapat memberikan nilai positif terhadap peserta didik.
• Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
• Penguatan berupa tanda
• cara sentuhan
• Penguatan dengan cara mendekati
Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.


B. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru yang menuntun respon atau jawaban dari peserta didik.
Dalam artikelnya yang berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar” (09 April 2010) arifin muslim menyebutkan keterampilan bertanyan bertujuan untuk:
1. Memotivasi peserta didik agar terlibat dalam interaksi belajar.
2. Melatih kemampuan mengutarakan pendapat.
3. Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik.
4. Melatih peserta didik berfikir divergen.
5. Mencapai tujuan belajar.
Syaiful bahri djamarah mengemukakan tujuan keteramapilan bertanya secara lebih terperinci:
1. Untuk meningkatkan perhatian dan rsa ingin tahu siswa terhadap topik.
2. Memfokuskan perhatian pada satu konsep msalah tertentu.
3. Mengembangkan belajar secara aktif
4. Menstimulasi siswa untuk bertanya pada diri sendiri ataupun orang lain.
5. Menstruktur suatu tugas sedemikian rupa, sehingga siswa akan belajar secara maksimal.
6. Mengkomunikasikan kelompok, bahwa keterlibatan dalam belajar adalah sangat diharapkan, demikian juga partisipasi semua anggota kelompok.
7. Mendiagnosisi kesulitan belajar.
8. Memberi kesempatan siswa untuk mengasimulasi dan merefleksi informasi.
9. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.
10. Mengembangkan refleksi dan komentar siswa terhadap respon siswa lain maupun guru.
11. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sendiri.
12. Menungkapkan keinginan yang sebenarnya dari siswa melalui ide dan perasaannya.

Ada dua keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh guru yakni meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
1. Keterampilan bertanya dasar mamiliki kriteria;
a. Pertanyaan yang jelas dan singkat,
b. Pemberian acuan berupa penjelasan singkat yang berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan,
c. Memusatkan perhatian peserta didik,
d. Memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan,
e. Memberikan waktu yang cukup,
f. Hangat dan antusias,
g. Menuntun siswa dalam memberikan jawaban dengan baik dan benar.
2. Keterampilan bertanya lanjutan memiliki kriteria;
a. Pengubahan tuntunan tingkat kognitif yaitu guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain seperti penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi,
b. Pengaturan urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan,
c. Peningkatan terjadinya interaksi yaitu jika ada peserta didik yang bertanya, guru tidak menjawab secara langsung, tetapi dilontarkan kembali ke seluruh peserta didik untuk didiskusikan.
Secara umum Edi Soegito dan Yuliani Nuraini dalam Modul Kemampuan Dasar Mengajar menguraikan pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.


C. Keterampilan Variasi
Keterampilan variasi merupakan keterampilan guru dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah dan aktivitas belajar mengajar yang efektif.
Tujuan utama mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.
Secara detil tujuan penggunaan variasi dalam proses pembelajaran adalah untuk:
a) Menghilangkan kejemuan dalam mengikuti proses belajar.
b) Mempertahankan kondisi optimal belajar.
c) Meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik.
d) Memudahkan pencapaian tujuan pengajaran.
Dalam mengguankan keterampilan variasi hendaknya semua jenis variasi digunakan, di samping itu komponen masing-masing juga harus dipertahankan. Jenis dan komponen-komponen itu ialah:
• Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang.
• Variasi media dan bahan ajar dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra pendengar, penglihatan, pencium, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat kaitannya dengan metode dan alat bantu pembelajaran.
• Variasi interaksi mencakup pola hubungan antara pendidik denagn peserta didik.
Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan prinsip-prinsip seperti:
• Dilakukan Secara Wajar, Jangan Dibuat-Buat
• Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan
• Penggunaan variasi harus benar-benar terstruktur dan direncakan sesuai dengan bahan, metode, dan karakteristik peserta didik.

D. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan merupakan memberi informasi secara lisan yang diorganisir secara sistematis sehingga dalam penyajiannya dapat dengan mudah dipahami ole peserta didik.
Agar penjelasan dapat dengan mudah diserap oleh peserta didik, seorang pendidik harus memperhatikan komponen-komponen penjelasan seperti:
a. Perencanaan penjelasan, mencakup:
• Isi pesan dipilih dan disusun secara sisitematis disertai contoh.
• Harus disesuaikan dengankarekteristik peserta didik.
b. Penyajian penjelasan, mencakup:
• kejelasan,
• penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan deduktif
• pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting, serta
• umpan balik dari peserta didik.

E. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk mengkondisikan mental peserta didik agar siap dalam menerima pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa agar ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.
Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan guru dalam mengakhiri kegitan inti pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan dengan maksud untuk memusatkan perhatian siswa pada akhir penggal kegiatan atau pada akhir pelajaran.
Penerapan keterampilan membuka dan menutup oelajaran harus berdasarkan prinsip keberkenaan dan kebersinambungan. Selain itu, untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebuthruslah kita mem[perhatikan komponen-komponennaya, seperti:
a. Menarik perhatian dan menimbulkan motivasi
b. Memberi acuan dan membuat kaitan.
Dalam menutup pelajarankomponen-omponennya meliputi:
a. Review (meninjau kembali)
b. Evaluasi
c. Follow up



F. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Secara garis besar terdapat dua komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
b. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Semua komponen keterampilan mengelola kelas memmiliki tujuan yang baik untuk peserta didik dan pendidik, seperti:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik memgembangkan kemampuannya secara optimal
b. Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disipilin yang dapat merintangi terwujudnya interaksi belajar mengaja
c. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam susana kelas, sahingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan dihindari
d. Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik
e. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual peserta didik dalam kelas.
Ada enam prinsip yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas:
a. Keluwesan, digunakan untuk mengubah strategi belajar sehingga suausana tetap kondusif
b. Kehangatan dan keantusiasan
c. Bervariasi, gunakan variasi dalam proses belajar mengajar
d. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan atau bahan sajian yang menantang
e. Tanamkan disiplin diri
f. Menekankan hal-hal positif, memikirkan hal positif dan menghindarkan konsentrasi pada hal negatif.

G. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam kerja sama kelompok bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau kelompok tertentu.
Adapun prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kecil :
a. Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan
b. Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
c. Rencanakan
d. Diskusi kelompok dengan sistematis
e. Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi
Komponen keterampilan guru dalam megembangkan pembimbingan kelompok kecil :

a. Memperjelas permasalahan
b. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
c. Pemusatan perhatian
d. Menganalisa pandangan peserta didik
e. Meningkatkan urutan pikiran peserta didik
f. Menutup diskusi

Hal-hal yang harus dihindari dalam membimbing diskusi kelompok kecil :
a. Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
b. Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk memikirkan pemecahan masalah
c. Membiarkan diskusi dikuasai oleh peserta didik tertentu
d. Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada kaitannya dengan topik pembicaraan
e. Membiarkan peserta didik tidak aktif
f. Tidak merumuskan hasil diskusi dan tidak membentuk tindak lanjut


H. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
1. Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
2. Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
3. Pemberain tugas yang jelas, menantang dan menarik.
Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir peserta didik agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.
Selain beberapa komponen keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, guru juga harus kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut;
1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
4. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakatnya.
5. Pemberi sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
6. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab kepada peserta didik.
7. Membiasakan peserta didik untuk saling bersilaturrahmi dengan orang lain.
8. Mengembangkan kreativitas peserta didik.

3.PENUTUP
Dengan memiliki beberapa keterampilan mengajar yang telah diuraikan di atas diharapkan guru tidak lagi menjadi figur yang menakutkan bagi peserta didiknya, sehingga peserta didik akan senantiasa memiliki perasaan yang nyaman jika berada dalam proses pembelajaran dan akan senantiasa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arifin Muslim, 2010, Keterampilan Dasar Mengajar. wordpress:http//:arifinmuslim.wordpress.com
Edi Soegito dan Yuliani Nuraini, 2003, Kemampuan Dasar Mengajar. jAKArta: Universitas Terbuka
Winata Putra, H. Udin.S., dkk, 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Tarbuka

Rabu, 14 Juli 2010

Ukhtyna wa Akhyna PBA

pbastainker
BUAT YANG PUNYA Cerita, pengalaman, pendidikan, n info terbaru tentang Prodi Bahasa Arab....Baik dari Alumni maupun yang masih aktif di kampus agar dapat mengisi blog ini ok....Syukron....

Selasa, 06 Juli 2010

rpp

pbastainker.blogspot.com
by; domi putra
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran : Bahasa Arab
Satuan Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah
Sekolah : MTsN MODEL Sungai Penuh
Kelas / Semester : II
Alokasi waktu : 2 X 45 menit
Tahun Pelajaran : 2009-2010
Standar Kompetensi : Menguasai 250 kosakata baru dengan struktur kalimat (tarikh al-kalimat) yang benar dan baik sesuai dengan tema-tema yang tersedia dalam materi pokok, peserta didik memiliki skill untuk memahami teks-teks berbahasa Arab serta menggunakannya dalam bahasa percakapan dan insya’ muwajjah.
Kompetensi dasar : Dengan menggunakan 25-30 mufradat baru dan struktur kalimat yang mengandung bentuk-bentuk kata isim, fi’il, dan harfun, peserta didik mampu membaca, memahami, berbicara dan menulis dalam insya’ muwajjah sesuai tema materi pokok.
Indikator : a. Kosakata;
• Siswa mampu mengucapkan mufradat (kosakata).
• Siswa mampu menterjemahkan mufradat.
b. Tata Bahasa;
• Siswa membedakan mufradat, mana yang isim, fi’il dan huruf.
tujuan pebelajaran : a. Diharapkan siswa mampu mengucapkan mufradat dengan benar.
b. Diharapkan siswa mampu menterjemahkan mufradat dengan benar.
c. Diharapkan siswa mampu menerapkan stuktur kalimat dan menetukan jabatan dalam kalimat sempurna.
Materi pokok : a. Kosakata tentang isim, fi’il dan harfun.
b. Struktur kalimat yang mengandung bentuk-bentuk kata isim, fi’il dan harfun.



Kegiatan pembelajaran : a. Kegiatan awal:
• 15 menit pertama mengecek kehadiran siswa.
• Mengevaluasi siswa mengenai materi pertemuan yang lalu.
b. Kegiatan Inti:
• Mendengarkan bacaan sisiwa, satu paragrap persiswa.
• Membacakan kembali teks tersebut di depan siswa secara benar.
• Mengajak siswa membuka kamus untuk mencari kosakata yang dianggap sulit.
• Menjelaskan jabatan kata dalam kalimat.
• Meminta siswa untuk mencari contoh isim, fi’il dan hiruf selain yang berada di dalam teks.
c. Kegiatan Penutup:
• Memberikan tugas berkenan materi pokok.
Media dan Sumber Pemelajaran: - Buku paket
- Kamus
- Papan tulis
- Spidol
- Kertas yang telah ditulis kosakata, dan kemudian dipotong-potong menjadi kecil.
Penilaian :
• Siswa diminta untuk menjelaskan pengertian isim, fi’il dan huruf, serta contoh-contohnya!



GURU BIDANG STUDI



........






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa Arab
Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah
Sekolah : MAN 1 Sungai Penuh
Alokasi waktu : 2X 45 menit
Kelas / Semester :II
Tahun Pelajaran : 2009-2010
Standar Kompetensi : Menguasai 250 kosakata baru dengan struktur kalimat (tarikh al-kalimat) yang benar dan baik sesuai dengan tema-tema yang tersedia dalam materi pokok, peserta didik memiliki skill untuk memahami teks-teks berbahasa Arab serta menggunakannya dalam bahasa percakapan dan insya’ muwajjah.
Kompetensi dasar : Dengan menggunakan 25-30 mufradat baru dan struktur kalimat yang mengandung bentuk-bentuk kata al-fa’il dan maf’ulun bih, peserta didik mampu membaca, memahami, berbicara dan menulis dalam insya’ muwajjah sesuai tema materi pokok.
Indikator : a. Struktur kalimat
• Sisiwa mampu menerapkan struktur dan menentukan jabatan dalam kalimat sempurna.
b. Menulis
• Siswa mampu menyusun kata yang diberikan secara acak sehingga menjadi kalimat sempurna.
• Siswa mampu memahami dan membedakan antara fa’il dan maf’ulun bih.
Tujuan pembelajaran :a. Supaya sisiwa mampu mengenali bentuk kalimat dan unsur-unsur kalimat yang sempurna.
b. Supaya siswa mampu menerapkan atau menyusun sebuah kalimat yang sempurna dan sesuai kaidah bahasa arab.
c. siswa diharapkan mampu membuat sebuah contoh kalimat yang mengandung fail dan mafulun bih dalam bentuk sebuah karya tulis.


Materi pokok : a. Membaca teks yang mengandung fa’ilun dan maf’ulun bih.
b. Latihan menulis kalimat dengan mufradat dan stuktur kalimat yan mengandung fa’il dan maf’ulun bih.
Kegiatan pembelajaran : a. Kegiatan awal
• 15 menit pertama mengecek kehadiran siswa.
• Mengevaluasi siswa mengenai materi pertemuan yang lalu.
b. Kegiatan Inti
• Mendengarkan bacaan sisiwa, satu paragrap persiswa.
• Membacakan kembali teks tersebut di depan siswa secara benar.
• Menjelaskan fungsi fa’il dan maf’ulun bih dalam kalimat sempurna.
• Menjelaskan perbedaan antara fa’il dan maf’ulun bih.
• Memberikan kata-kata acak dan meminta siswa untuk mnyusunnya menjadi kalimat sempurna.
c. Kegiatan Penutup
• Memberikan tugas berkenan materi pokok.
Media dan sumber pembelajaran: - Buku paket
- Kamus
- Artikel yang berkenaan materi.
- Papan tulis
- Spidol
- Kertas yang telah dituliskan kata-kata acak, dan kemudian dipotong-potong menjadi kecil.
Penilaian :
• Siswa diminta untuk menjelaskan pengertian fa’ilun dan maf’ulun bih, serta contoh-contohnya!
• Siswa diminta untuk menulis contoh kalimat yang mengandung fa’ilun dan ma’ulun bih.

GURU BIDANG STUDI


........

Selasa, 22 Juni 2010

PEDOMAN SKRIPSI

a Naskah diketik dengan huruf times new roman ukuran 12. b Huruf miring (italic) atau huruf khusus lain dapat dipakai hanya untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menandai istilah asing. c Lambang, huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik, harus ditulis dengan rapi memakai tinta hitam. 5.2.2 Bilangan dan satuan a Bilangan diketik dengan angka Arab, kecuali pada permulaan kalimat. b Bilangan desimal ditandai dengan koma (bukan titik), kecuali numerik hasil cetakan dari paket program komputasi. Jumlah bilangan di belakang koma harus sama untuk hasil pengukuran dari populasi atau sampel yang sama (hal ini untuk menandai tingkat akurasi atau ralat pengukuran). c Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa titik di belakangnya, kecuali pada akhir suatu kalimat. Penulisan nama satuan yang berasal dari nama orang, apabila tidak disingkat maka penulisan huruf pertama tidak boleh menggunakan huruf kapital. 5.2.3 Jarak baris Jarak antara 2 baris dibuat 1,5 spasi, kecuali intisari atau abstract, kutipan langsung, judul tabel, judul gambar, keterangan gambar, dan daftar pustaka, yang diketik dengan jarak 1 spasi ke bawah. Persamaan-persamaan matematika diketik dengan jarak spasi sesuai kebutuhan dan harus proporsional. 5.2.4 Batas tepi a. Tepi atas : 4 cm, b. Tepi bawah : 3 cm, c. Tepi kiri : 4 cm, dan d. tepi kanan : 3 cm. 5.2.5 Pengisian ruangan Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya pengetikan harus dimulai dari batas tepi kiri sampai ke batas tepi kanan, dan jangan sampai ada ruangan yang terbuang, kecuali kalau akan memulai alinea baru, persamaan, tabel, gambar, subjudul atau hal-hal khusus. 5.2.6 Alinea baru Alinea baru dimulai pada ketikan yang ke-6 dari batas tepi kiri. 5.2.7 Permulaan kalimat Bilangan, lambang, atau persamaan matematik yang memulai suatu kalimat harus dieja, misalnya: Sembilan vektor gaya… 5.2.8 Judul, subjudul, anak subjudul, dan lain-lain a Judul (bab), harus ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, diketik dengan cetak tebal atau diberi garis bawah tanpa diakhiri dengan titik, diatur simetris, jarak dari tepi atas adalah 4 cm. Penomoran judul (bab) menggunakan angka Romawi kapital (I, II, III, dan seterusnya). b Subjudul (subbab), ditulis rata kiri, semua kata dimulai dengan huruf kapital (kecuali kata hubung dan kata depan), diketik dengan cetak tebal atau diberi garis bawah tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah subjudul (subbab) dimulai dengan alinea baru. Penomoran subjudul (subbab) menggunakan angka Arab maksimal tiga bilangan. c Anak subjudul (anak subbab), diketik dengan cetak tebal atau garis bawah, dimulai dari batas tepi kiri, hanya huruf pertama saja yang berupa huruf kapital, tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah anak subjudul (anak subbab) dimulai dengan alinea baru. Penomoran anak subjudul (anak subbab) menggunakan angka Arab (1, 2, 3, dan seterusnya). d Subanak subjudul (subanak subbab), ditulis mulai dari ketikan yang ke-6 diikuti dengan titik dan semuanya diketik dengan huruf miring atau diberi garis bawah. Kalimat pertama yang menyusul kemudian, diketik terus ke belakangnya (arah ke kanan) dalam satu baris dengan subanak subjudul (subanak subbab). Subanak subjudul (subanak subbab) dapat juga ditulis langsung berupa kalimat (sebagai bagian dari kalimat), tetapi yang berfungsi sebagai subanak subjudul (subanak subbab) ditempatkan di awal kalimat dan diketik dengan huruf miring atau diberi garis bawah. Penomoran subanak subjudul (subanak subbab) menggunakan huruf Latin kecil (a, b, c, dan seterusnya). 5.2.9 Rincian ke bawah Jika pada penulisan naskah terdapat rincian yang harus disusun ke bawah, pakailah nomor urut dengan angka atau huruf (numbering) sesuai dengan derajat rincian. Penggunaan tanda-tanda khusus (bullets) yang ditempatkan di depan rincian tidak diperbolehkan. 5.2.10 Letak simetris Tabel, gambar, persamaan, judul (bab), dan subjudul (subbab) diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan tepi kanan pengetikan. 5.3 Penomoran 5.3.1 Penomoran halaman a Bagian awal skripsi, mulai dari halaman judul sampai ke intisari/abstract, diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya). b Bagian utama dan bagian akhir skripsi, mulai dari pendahuluan (BAB I) sampai ke halaman terakhir (termasuk Lampiran) diberi nomor dengan menggunakan angka Arab (1,2,3, dan seterusnya). c Nomor halaman ditempatkan 1,5 cm di sebelah kanan atas, kecuali kalau ada judul (bab) pada bagian atas halaman tersebut maka nomor halamannya ditempatkan di tengah bawah 1,5 cm dari tepi bawah. 5.3.2 Penomoran tabel dan gambar Tabel dan gambar diberi nomor urut menggunakan angka Arab 5.3.3 Penomoran persamaan Nomor urut persamaan yang berbentuk rumus matematika, persamaan reaksi, atau lainnya ditulis dengan angka Arab di dalam tanda kurung ( ) dan ditempatkan di dekat batas tepi kanan (right justify). 5.4 Tabel dan Gambar 5.4.1 Tabel a Nomor tabel yang diikuti judul tabel ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. b Tabel tidak boleh dipenggal. Kalau tabel melebihi 1 halaman maka pada halaman lanjutan tabel dicantumkan nomor tabel dan diberi kata (lanjutan) tanpa judul. c Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antarkolom cukup tegas. d Tabel yang melebihi lebar kertas sehingga dibuat memanjang kertas (landscape) maka bagian atas tabel harus diletakkan di sebelah kiri kertas. e Tabel diketik simetris. f Tabel yang lebih dari 2 halaman atau yang harus dilipat, ditempatkan pada lampiran. 5.4.2 Gambar a Bagan, grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak dibedakan). b Nomor gambar yang diikuti judul gambar ditempatkan simetris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik. c Gambar tidak boleh dipenggal. d Gambar yang melebihi lebar kertas sehingga dibuat memanjang kertas (landscape) maka bagian atas gambar harus diletakkan di sebelah kiri kertas. e Letak gambar diatur agar simetris. f Keterangan gambar ditempatkan di tempat-tempat yang lowong di dalam gambar dan tidak boleh ditempatkan di halaman lain. g Skala pada grafik harus dibuat agar mudah dipakai untuk mengadakan interpolasi atau ekstrapolasi. Skala dan satuan pada grafik harus dibuat sejelas mungkin. h Gambar yang berbentuk peta harus dibuat dengan memenuhi kaidah-kaidah pemetaan (kartografi). Reproduksi peta menggunakan fotokopi yang bisa mengubah skala hanya diijinkan apabila dalam peta terdapat skala batang. Apabila menggunakan peta dasar, harus disebutkan sumber dan tahun penerbitannya. 5.5 Bahasa 5.5.1 Bahasa yang dipakai Bahasa yang dipakai adalah Bahasa Indonesia yang baku (ada subyek dan predikat, ditambah dengan obyek dan keterangan). 5.5.2 Bentuk kalimat Kalimat menggunakan bentuk pasif (tidak boleh menampilkan orang pertama dan orang kedua). Pada penyajian ucapan terimakasih pada prakata, saya diganti dengan penulis. 5.5.3 Istilah a. Istilah yang digunakan adalah istilah Indonesia atau yang sudah diindonesiakan. b. Penggunaan istilah asing harus diketik dengan huruf miring. 5.5.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan a Kata penghubung, misalnya sehingga dan sedangkan, tidak boleh digunakan sebagai awal kalimat. b Kata depan, misalnya pada, jangan diletakkan di depan subyek agar tidak merusak susunan kalimat. c Kata di mana dan dari, sebagai terjemahan where dan of dalam bahasa Inggris sebaiknya jangan dipakai karena bukan bentuk baku dalam bahasa Indonesia. d Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan di. e Pemenggalan kata agar disesuaikan dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. f Tanda baca harus digunakan dengan tepat, dan pengetikannya harus melekat tanpa spasi pada huruf awal atau huruf akhir kata yang dikenai tanda baca. 5.6 Penulisan Nama Penulisan nama mencakup nama penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dari satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan. 5.6.1 Nama penulis yang diacu dalam uraian Pengacuan nama penulis menggunakan nama akhir atau nama keluarga, kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan diikuti dengan dkk: a Menurut Wangness (1975) …. b Kuat medan antara 2 pelat sejajar (Halliday dan Resnick, 1986) adalah sebesar …… c Identifikasi radionuklida alam di perairan Semarang dapat ditentukan secara spektrometri gamma (Sasongko dkk, 1996) …. Keterangan enulis pada contoh (c) ada 4 orang, yaitu Sasongko, D.P., Subagyo, A., Sumedi, dan Hadiyarto, A. 5.6.2 Nama penulis dalam daftar pustaka Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya (tidak boleh hanya penulis pertama ditambah dkk): a Sasongko, D.P., Subagyo, A., Sumedi, Hadiyarto, A., 1996, …… b Tidak boleh hanya: Sasongko, D.P. dkk. 5.6.3 Nama penulis lebih dari satu suku kata Jika nama penulis lebih dari satu suku kata, cara penulisannya menggunakan nama akhir, nama keluarga atau nama utama, diikuti koma, singkatan nama-nama lainnya masing-masing diikuti titik: a Albert Einstein ditulis: Einstein, A. b Paul Albert Maurice Dirac ditulis: Dirac, P.A.M. Catatan: Untuk nama Indonesia (Jawa) yang tidak memiliki nama keluarga, karena belum ada pembakuan cara penulisan nama maka penulisannya mengikuti keinginan penulisnya dalam menuliskan namanya. Nasio Asmoro Hadi ditulis: Hadi, N.A., atau Asmorohadi, N., atau Nasio Asmoro Hadi, atau Nasio Asmorohadi. Untuk nama akhir yang menggunakan awalan, dituliskan nama akhirnya dengan awalan tetapi penempatannya mengikuti huruf pertama nama akhir (bukan nama awalannya): van Bammelen, McNamara, deForest Jr., d’Onopko, di Caprio. 5.6.4 Nama dengan garis penghubung Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di antara dua suku katanya, maka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan: Dorodjatun Kuntjoro-Jakti ditulis Kuntjoro-Jakti, D. 5.6.5 Nama yang diikuti singkatan Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan tersebut menjadi satu dengan suku kata di depannya: Paul AM Dirac ditulis Dirac, P.A.M. 5.7 Catatan Kaki, Istilah Baru dan Kutipan 5.7.1 Catatan kaki Kalau tidak perlu sekali, penggunaan catatan kaki sebaiknya dihindari. 5.7.2 Istilah baru Istilah-istilah baru yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia dapat digunakan asal konsisten. Pada penggunaan yang pertama kali perlu diberikan padanannya dalam bahasa asing (dalam kurung). Kalau istilah baru yang digunakan cukup banyak, sebaiknya dibuatkan daftar istilah di belakang. Contoh: pusa (momentum), pumpun (focus). 5.7.3 Kutipan Kutipan ditulis dalam bahasa aslinya. Kalau lebih dari 3 baris, diketik 1 spasi dan kalau kurang dari 3 baris diketik 1,5 spasi. Kutipan diketik menjorok ke dalam. Tidak diterjemahkan tetapi boleh dibahas sesuai dengan kata-kata penulis. 5.7.4 Kata Arab Transliterasi kata-kata Arab mengikuti SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan ddan Kebudayaan R.I. 5.7.5 Persamaan, skalar, dan vektor Persamaan matematik ditulis miring, besaran skalar ditulis miring, besaran vektor ditulis tegak dan ditebalkan (bold). Contoh , dan seterusnya. Download Full Pedoman Skripsi

SILABUS DAN SISTEM PENELITIAN

SILABUS DAN SISTEM PENELITIAN Mata pelajaran : Bahasa Arab Satuan pendidikan: Madrasah Aliyah Kelas / Semester : x /i Tahun pelajaran : 2009-2010 Standar kopetensi : Menguasai 250 kosa kata dengan strukter kalimat yang benar dan yang baik sesuai dengantema-tema yang tersedia dalam materi pokok, peserta didik memiliki skill untuk memhami teks-teks berbahasa arab serta menggunakannya dalam percakapan dan insya’ muwajjah no Kopetensi dasar Indikator meteri pengalaman penilaian Alokasi Media / kopetensi pokok belajar Jenis tagihan Bentuk instrumen Contoh instrumen waktu sumber 1 Dengan menggunakan 25-30 mufradat barudan stuktur kalimatyang mengandung bentuk-bentuk kata isim mudzakar muannats, peserta didik mampu membaca, memahami, berbicara dan menulis dalam insya’ muwajjah sesuai tema-tema dalam materi 1. siswa diharapkan mampu mengucapkan mufradat. 2. siswa mampu menterjemahkan mufradat 3.siswa mampu menguasai mufradat Kosa kata tentang 1. siswa mengucapkan mufradat 2. siswa mencari arti mufradat Tugas individu Lisan, pilihan ganda terlampir 2 X 45 menit Buku paket, kamus, spidol, papan tulis, dan benda-benda disekitar siswa. 1. siswa mampu menyusun kalimat 2. siswa mampu menentukan jabatan kata Stuktur tentang 1. siswa menyusun kata-kata menjadi kalimat yang sempurna 2. siswa menentukan jabatan kata dalam kalimat Tugas kelompok, dan tigas individu esay terlampir 2X 45 menit Buku paket 1. siswa diharapkan mampu meahami makna kata 2. siswa mampu membaca teks berbahasa arab Membaca tentang 1. siswa membaca teks berbahasa arab minimal 1 paragraph 2. siswa menyebutkan makna kata Tugas individu Lisan terlampir 2X45 menit Buku paket, kamus 1. siswa mampu mendiskripsikan bentuk mufradat 2. siswa mampu membedakan isim mudzakar dan muannats 3. siswa membuat contoh Berbicara tentang 1. Siswa menjelaskan bentuk mufradat dan perubahan-perubahannya 2. siswa menyebutkan contoh Tugas individu Lisan, tulisan terlampir 2X 45 menit Buku paket 1. siswa mampu membuat contoh kalimat Menulis tentang 1. siswa membuat kalimat yang menggunakan koskata issim mudzakar dan muannats Tugas kelompok tulisan terlampir 1 X 45 menit kamus

Jumat, 18 Juni 2010

makalah spi

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI PULAU KALIAMNTAN, SULAWESI DAN MASA MATARAM

A. Sejarah Pendidikan Islam di Kalimantan

1. Sejarah masuknya islam di Kalimantan

Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.[1]

Ada juga yang mengatakan bahwa Islam masuk pada abad 15 M oleh mubalig dari Jawa yang merupakan pengaruh dari Sunan Giri dan Sunan Bonang. Perkembangan Islam tumbuh sejak berdirinya kerajaan Islam di Bandar oleh Sultan Suriansyah (Pangeran Samudera).[2]

2. Pendidikan islam di Kalimantan

Madrasah tertua di daerah ini adalah Madrasatun Najah Wal Fatah di Sei Bakau Besar Mempawah yang didirikan pada tahun 1918 M. Kemudian berdirilah beberapa madrasah di kota-kota, bahkan sampai di desa-desa, berupa madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah. Seperti madrasah :

- Madrasah Perguruan Islam di Sambas (1922 M)

Madrasah ini salah satu madrasah tertua di kalimantan barat, yang berdiri tahun 1922 M. Kemudian berganti nama menjadi Tarbiyatul Islam. Lama pelajarannya 5 tahun dan ditambah 1 tahun lagi untuk kursus agama. Yang di terima masuk sekolah ini adalah murid-murid tamatan SR.

- Madrasah Al-Raudhatul Islamiyah di Pontianak (1936)

Madrasah ini didirikan pada tanggal 6 Juni 1936 M. Madrasah Al-Raudatul Islamiyah terdiri dari dua bagian :

1. Bagian Ibtidaiyah, lama belajarnya 6 tahun

2. Bagian Tsanawiyah, lama belajarnya 3 tahun

- Persatuan madrasah-madrasah Islam (PERMI) Indonesia Pontianak yang didirikan pada tahun 1954 M dengan maksud:

1. Menyatukan nama-nama madrasah dengan nama yang sederhana, yaitu Madrasah Islam Al-Ibtidaiyah (SRI) dan Madrasah Islam Tsanawiyah (SMIP).

2. Menyatukan leerplan dari kitab-kitabnya.

3. Mendirikan satu ikatan sebagai federasi.

- Sekolah menengah Islam Pertama (SMIP)di Banjarmasin yang didirikan pada tanggal 15 Oktober 1946. Lama pelajaran 5 tahun, dan terdiri dari 6 kelas. Yang diterima masuk sekolah ini adalah :

1. Tamatan SR VI tahun diterima masuk kelas A. Pelajarannya 75% Agama dan 25% umum

2. Tamatan Madrasah 5 atau 6 tahun diterima masuk kelas B. Pelajarannya 25% Agama dan 75% umum

Setelah 1 tahun di kelas A dan B kemudian siswanya naik ke kelas C. Pelajarannya 50% Agama dan 50% umum. Setelah 1 tahun di kelas C, maka siswanya naik ke kelas I, kemudian kelas II, dan kelas III.

- Normal Islam Amuntai ( 1928 )

Madrasah ini didirikan oleh H. Abdur Rasyid keluaran Al-Azhar Mesir pada tahun 1928 dengan nama Arabische Schol.

Setelah H. Abdur Rasyid wafat, maka madrasah ini dipimpin oleh H. Juhrikeluaran Al-Azhar mesir sampai akhir tahun 1941.

Kemudian pimpinan madrasah dipimpin oleh Ustaz M. Arif Lubis mantan guru dipondok Modrn Gontor Ponorogo. Dan nama madrasah kemudian dirubah menjadi Ma’had Rasyidiyah, Amuntai. Dan rencana pengajarannyapun dirubah menurut aliran zaman.

Pada tahun 1945 pimpinan madrasah ini berganti lagi dan rencana pelajarannya disusun baru, disesuaikan dengan hajat masyrakat dan di jadikan Sekolah Guru dengan nama Normal Islam Amuntai.

- Perkumpulan Ikatan Madrasah-Madrasah Islam (IMI) pada tahun 1945. Perkumpulan ini mempunyai tujuan dan maksud, yaitu:

1. Menciptakan adanya pendidikan dan pengajaran Islam

2. Memperluas berdirinya perguruan-perguruan Islam

3. Memperbaiki organisasi dan leerplan perguruan-perguruan Islam yang telah ada agar sesuai dengan hajat masyarakat.[3]

B. Sejarah Pendidikan Islam di Sulawesi

1. Sejarah masuknya Islam di Sulawesi

Di Sulawesi Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. [4]

Syekh As’ad di Singkang salah seorang yang berjasa dalam perkembangan pondok/pesantren. Sistem pengajarannya sama dengan sistem pengajaran yang ada di Jawa, Sumatera dan daerah lainnya.

2. Pendidikan Islam di Sulawesi

Madrasah-madrasah di Sulawesi diantaranya adalah :

- Madrasah Amiriah Islamiah di Bone (Sulawesi Selatan tahun 1933). Pelindung utama madrasah ini adalah Raja Bone, Andi Mappankjuki. Ilmu yang diajarkan tidak ilmu agama saja, melainkan juga pengetahuan umum. Madrasah ini mempunyai tiga bagian, yaitu: Ibtidaiyah (50% ilmu agama dan 50% pengetahuan umum), Tsanawiyah (60% ilmu agama dan 40% pengetahuan umum), Mu’alimin (80% ilmu agama dan 20% pengetahuan umum).

- Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah (1931) yang kemudian diubah namanya menjadi Madrasah As’adiyah. Madrasah ini terbagi dalam 3 tingkat, yaitu :

1. Tingkat Awaliyah

2. Tingkat Ibtidaiyah

3. Tingkat Tsnawiyah

4. Tingkat Aliyah

- Al-Khairat

Madrasah ini didirikan di Palu ibukota Karesidenan pada tahun 1930 oleh Syrkh Al-Idrus.

Sistim pendidikannya mulanya hanya mementingkan pelajaran agama dan bahasa pengantarnya adalah Bahasa Arab. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman, maka dipecahkan menjadi 2 bagian, satu bagian mementingkan pelajaran agama dan bagian yang lain sebagian agama dan sebagian umum.

- Madrasah Tarbiyah Islamiyah

Madrasah ini didirikan pada tahun 1938. Oleh H. Abdoer Rahman Ambo Dale. Dan pada tahun 1947 Madrasah Tarbiyah Islamiyah itu berubah nama menjadi Madrasah Daru Da’wah wal Irsyad[5]

B. Masa Kerajaan Mataram (1575-1757 M)

1. Sejarah Masuknya Islam ke Mataram

Masuk Islam ke Mataram berawal dari Penyebaran Islam dari Demak yang dilanjutkan ke Pajang yang kemudian ke Mataram. Jawa Timur dan Mataram berhasil dipersatukan pada masa Sultan Agung. Penyebaran Islam dilakukan dengan akulturasi Islam ke dalam kebudayaan lama yang bercorak Indonesia asli dan Hindu, seperti:

- Gerebeg disesuaikan dengan Idul Fitri dan maulid yang dikenal dengan gerebeg poso dan mulud.

- Gamelan sekaten yang hanya dibunyikan pada gerebeg mulud di halaman masjid.[6]

Selain itu, di ibukota didirikan masjid Gede yang dikepalai oleh penghulu dengan 40 orang pegawai. Di tiap kota didirikan masjid kewedanaan yang dipimpin oleh Naib dengan 11 orang pegawai dan di tiap desa didirikan masjid desa yang dikepalai oleh seorang modin dengan bantuan 4 orang pegawai. Di masjid ini dilakukan pengajian Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran Islam seperti cara ibadah.

2. Pendidikan dan Pengajaran Islam di Mataram

Berawal dari Desa diadakan beberapa tempat pengajian Qur,an. Disana diajarkan huruf hijaiyah, membaca Qur,an, berzanji, dan pokok-pokok dan dasar-dasar ajaran Islam lainnya. Cara pengajarannya ialah dengan cara hafalan semata-mata. Jumlah tempat pengajian Qur’an itu adalah menurut banyaknya modin di Desa itu. Sebab pada tiap-tiap tempat pengajian Qur’an itu harus ada modin sebagai gurunya.

Selain dari itu diadakan pula satu tempat pengajian kitab, bagi murid-murid yang telah khatam mengaji Qur’an. Gurunya biasanya modin di Desa itu sendiri. Guru agama itu di beri gelar Kiyahi Anom. Tempat pengajiannya disebut pesantren. Para santri harus tinggal di asrama yang dinamai pondok.

Waktu belajar adalah pagi hari, tengah hari, dan juga malam hari. Kitab yang diajarkan ditulis dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa daerah.

Pada beberapa daerah kabupaten diadakan pesantren besar lengkap dengan pondok-pondoknya, untuk melanjutkan didikan dari pesantren Desa. Gurunya diberi gelar Kiyahi Sepuh atau Kanjeng Kiyahi. Guru-guru itu adalah ulma kerajaan (priyayi).

Kitab yabg diajarkan pada pesantren besar itu aialah kitab berbahasa arab yang diterjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah dan diajarkan secara halaqah.

Disamping itu diadakan juga Pesantren Keahlian yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan mendalam. Begitu pula ada perguruan thariqah yang khusus mengajarkan satu macam thariqah saja.[7]

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. H. Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. PT. Hidakarya Agung, Jakarta. 1996

http://oktarizal-drianus.blogspot.com/2009/10/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia. html

Drs. H. A. Mustafa, Drs. Abdullah Ali. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Pustaka Setia. Bandung. 1999


[2] Ibid.

[3] Prof. DR. H. Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. PT. Hidakarya Agung, Jakarta. 1996, hal. 345-354

[4] Oktarizal. Op.cit

[5] Prof. DR. H. Mahmud Yunus, op.cit, hal. 326-332

[6] [6] Oktarizal. Op.cit

[7] [7] Prof. DR. H. Mahmud Yunus, op.cit, hal. 223-224